Jakarta, businessreview.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan bahwa pembagian dividen sebesar Rp13,95 triliun oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menjadi bukti nyata kontribusi BUMN terhadap perekonomian nasional. Hal ini disampaikan Erick melalui keterangan tertulis usai pengumuman kinerja tahunan BNI yang cemerlang.
Menurut Erick, kinerja BNI selama tahun buku 2024 mencerminkan keberhasilan transformasi bisnis dan efisiensi operasional. Dari total laba bersih Rp21,5 triliun, BNI mengalokasikan 65 persen untuk dividen kepada pemegang saham. Langkah ini dianggap sebagai bentuk apresiasi sekaligus keseimbangan antara reward pemegang saham dan penguatan modal jangka panjang perusahaan.
“Pembagian dividen ini bukan hanya soal profit, tapi juga bagaimana perusahaan negara memberikan nilai tambah langsung ke negara dan masyarakat,” ujar Erick Thohir.
Strategi Bisnis dan Tata Kelola yang Berhasil
Erick menilai bahwa dividen jumbo yang dibagikan mencerminkan kualitas strategi bisnis dan manajemen risiko yang dijalankan BNI. Tak hanya mencetak profit tinggi, BNI juga berhasil menjaga kualitas aset dan efisiensi biaya pencadangan.
Pada kuartal pertama 2025, BNI kembali mencatatkan kinerja positif dengan laba bersih mencapai Rp5,4 triliun, serta pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 2,8 persen menjadi Rp15,25 triliun. Kredit tumbuh 10,1 persen (yoy) menjadi Rp765,47 triliun, dengan segmen korporasi sebagai pendorong utama.
Digitalisasi dan Inovasi Jadi Kunci Pertumbuhan
Dalam kesempatan yang sama, Erick menekankan pentingnya digitalisasi dan inovasi untuk memperkuat posisi BNI sebagai bank global asal Indonesia. Ia memastikan dukungan penuh Kementerian BUMN terhadap semua langkah strategis perusahaan ke depan.
Baca Juga: PLN Gandeng Mitra Strategis Dorong Bisnis Hidrogen Hijau di Transportasi Laut
BNI juga mencatat perbaikan rasio kredit bermasalah (NPL) yang tetap stabil di 2 persen, sementara loan at risk (LAR) berhasil ditekan dari 13,3 persen menjadi 10,9 persen. Ini berdampak langsung terhadap penurunan credit cost dari 1 persen menjadi 0,9 persen, mempertegas arah transformasi yang berorientasi pada profitabilitas dan keberlanjutan.
Peningkatan DPK dan CASA Jadi Fondasi Pendanaan
Di sisi pendanaan, BNI menunjukkan penguatan basis dana melalui pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5 persen yoy menjadi Rp819,6 triliun, terutama didorong oleh kenaikan dana murah (CASA) sebesar 6,3 persen. Struktur pendanaan yang sehat ini menjadi salah satu modal utama BNI untuk terus tumbuh di tengah ketatnya kompetisi sektor perbankan. (*)