Jakarta, businessreview.id– Dalam upaya meratakan sebaran wisatawan di Pulau Bali, pemerintah merancang paket wisata Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara atau yang dikenal sebagai paket 3B.
Langkah ini diambil untuk mengurangi konsentrasi turis yang saat ini masih terpusat di wilayah Bali Selatan.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Luh Puspa, menegaskan bahwa Bali sebenarnya tidak mengalami kelebihan turis, meskipun masuk dalam daftar Fodor’s No List 2025. Daftar tersebut menyebut Bali sebagai salah satu destinasi yang layak dihindari karena dianggap mengalami overturisme dan kerusakan lingkungan.
“Masalah Bali adalah distribusi wisatawan yang tidak merata, bukan jumlahnya yang berlebihan. Saat ini memang lebih banyak turis berpusat di Bali Selatan,” ujar Ni Luh kepada media di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2022).
Melalui paket wisata 3B, pemerintah mempromosikan destinasi wisata di Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara yang dinilai memiliki potensi besar tetapi belum banyak dikenal wisatawan.
“Turis bisa didistribusikan lewat Banyuwangi, langsung ke Bali Barat dan Bali Utara,” tambah Ni Luh.
Wilayah seperti Bali Barat dengan Taman Nasional Bali Barat dan Bali Utara yang kaya dengan wisata alam dan budaya diyakini mampu menarik minat wisatawan sekaligus mengurangi beban Bali Selatan.
Bali Masuk dalam No List 2025
Ni Luh menilai masuknya Bali dalam daftar No List 2025 yang dirilis oleh Fodor’s Travel tidak akan berdampak besar pada kunjungan wisatawan.
“Bali masih sangat layak dikunjungi. Saya rasa penilaian itu tidak akan berpengaruh. Banyak penghargaan pariwisata diterima Bali tahun ini, termasuk Desa Wisata Terbaik untuk Jatiluwih dari UN Tourism,” katanya.
Sebelumnya, Fodor’s Travel menyoroti dampak negatif perkembangan pariwisata di Bali, termasuk tumpukan sampah di pantai-pantai populer seperti Kuta dan Seminyak, serta pembangunan yang tidak terkendali.
Publikasi tersebut menyebut Bali menghadapi tekanan besar terhadap lingkungan, kehilangan warisan budaya, dan masalah “kiamat plastik”.
Pemerintah berharap melalui langkah redistribusi turis dan promosi destinasi baru, Bali dapat terus menjadi tujuan wisata utama tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan budaya. (ed.AS/ant)