Pertamina Alokasikan $5,7 Miliar untuk Energi Baru Terbarukan hingga 2029

Pertamina Alokasikan $5,7 Miliar untuk Energi Baru Terbarukan hingga 2029
Pertamina Alokasikan $5,7 Miliar untuk Energi Baru Terbarukan hingga 2029

Jakarta, Businessreview.id – PT Pertamina mengalokasikan dana sebesar 5,7 miliar dolar AS hingga 2029 guna memperkuat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan mempercepat transisi energi hijau.

Langkah ini adalah bagian dari komitmen Pertamina untuk mendukung ketahanan energi nasional dan target net zero emission Indonesia pada 2060.

Chief Executive Officer Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) John Anis menyatakan bahwa alokasi ini mencapai 8 persen dari total belanja investasi Pertamina hingga 2029.

“Pertamina menyiapkan sekitar 5,7 miliar dolar AS untuk pengembangan EBT, termasuk geothermal, bioetanol, hidrogen hijau, tenaga surya, tenaga angin, dan bisnis karbon,” kata John pada pertemuan di Indonesia Pavilion Conference of the Parties (COP) UN Climate Change Conference ke-29 di Baku, Azerbaijan.

Investasi ini akan diwujudkan dalam target ambisius Pertamina, seperti meningkatkan kapasitas geothermal menjadi 1,4 gigawatt (GW) pada 2029, serta menurunkan emisi CO₂ sebanyak 1,5 juta ton melalui teknologi carbon capture (CCS/CCUS).

Selain itu, Pertamina juga melanjutkan inisiatif bahan bakar nabati (BBN) yang telah dimulai sejak 2015 dengan produk biodiesel, serta peluncuran Pertamax Green 95 berbasis bioetanol pada tahun lalu.

Dalam upaya memperluas kapasitas bioetanol, Pertamina, melalui Pertamina NRE, berkolaborasi dengan PT Sinergi Gula Nusantara untuk membangun pabrik bioetanol berkapasitas 30 ribu kiloliter per tahun di Banyuwangi.

Untuk sektor geothermal, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. terus memperluas kapasitas, dengan target menggandakan kapasitas menjadi 1,4 GW pada tahun 2029, pasca-IPO pada Februari 2023.

Komitmen Pertamina terhadap target emisi karbon sudah menunjukkan hasil. Pada periode 2020-2023, emisi cakupan 1 dan 2 berkurang sebesar 8,5 juta ton CO₂, atau 34 persen. Cakupan 3 bahkan mencatat penurunan emisi 32,7 juta ton CO₂ di tahun 2023 berkat penerapan bahan bakar nabati.

Dari aspek tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG), Pertamina meraih skor 20,7 dalam penilaian ESG global, menjadikannya pemimpin di sub-industri minyak dan gas terintegrasi.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Tembus Dua Digit di 2024

VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menekankan bahwa Pertamina bertekad memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim.

“Kami ingin menjadi pionir dalam transisi energi dan menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi pemain global dalam mitigasi perubahan iklim,” ujar Fadjar.

Menurutnya, Pertamina menerapkan strategi pertumbuhan ganda, yaitu dengan memperkuat bisnis minyak dan gas untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mengembangkan bisnis rendah emisi.

Strategi ini menjadi wujud nyata komitmen Pertamina dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here